
Yang namanya hidup, pasti pernah jatuh dan merasa terluka.
Luka ini bisa didapat dari
berbagai macam peristiwa.
Luka ini juga bisa didapat dari seseorang.
Bahkan, orang
yang tidak mengenal kita sekalipun.
Tapi menurutku, seringnya kita bergesekan
dan merasa terluka malah dari orang-orang terdekat kita.
Bisa jadi seorang teman,
sahabat, saudara, bahkan orang tua.
.
.
.
.
Luka itu
harus disembuhkan.
Jangan sampai terlalu lama yang nantinya akan infeksi dan
kemana-mana.
Jika merasa
teluka, kita harus cepat-cepat menyadari bahwa gak ada pilihan lain selain
M E N G A M P U N I
~~Sudah pasti rasanya sakit~~
Tapi itu
yang harus dilewati.
Sama halnya saat kita menetesi obat merah pada luka
kita. Sakit memang tapi demi kesembuhan luka kita akan melakukannya.
Belum lagi
hadirnya orang-orang sekitar yang memberi komentar
“Berat kan?” “masih sakit kan?” “Kamu emang bisa tes?” “ayo belajar
mengampuni!” “jangan terlalu idealis!” “jangan maksain!” “gak harus secepat itu.”
“itu hal sepele, mengampuni aja kok susah?” “dia itu orang terdekatmu, ayo
belajar mengampuni!”
Mungkin banyak
pertanyaan, pernyataan, juga saran yang akan hadir. Beberapa mendukung tapi tak
sedikit malah membuat bingung. Kembali lagi, semua diserahkan pada masing-masing kita.
Ku berfikir
banyak dari kita yang dapat berhasil untuk mengampuni. Walaupun masih dibubuhkan kata ” tapi “ setelahnya.
Mengampuni tapi tidak mau lagi menemui.
Mengampuni tapi tidak mau lagi duduk untuk
berdiskusi.
Bahkan kita
memilih untuk menjauh dan pergi.
Buatku ini tidak
sepenuhnya salah.
Sebagai manusia
kita butuh waktu.
Proses. Ya. Semua proses.
Proses. Ya. Semua proses.
Boleh saja kita sebentar pergi.
Di masa itu,
ketika kita “pergi” kita harus semakin
menyadari bahwa suatu saat akan ada masa dimana kita harus kembali.
Berjuang untuk
mengalahkan ego yang kita miliki.
Mengingat bahwa
tidak ada pilihan lain selain mengampuni dan menerima kembali
Satu hal yang menjadi refleksi
Akan datang
waktu dimana semesta mengijinkan kita bertemu lagi. Bertemu dengan orang yang saat
itu pernah membuat kita hancur hati. Akankah
kita hanya mengingat kepahitan yang pernah terjadi? Atau kita bisa benar-benar mengampuni
dan menerima kembali?
dalam keheningan malam ini
ku meminta agar Dia memampukan
pwt, 1.11.1810.32